Rabu, 12 November 2014

Menikah Untuk Bahagia


Bismillahirahmannirahim...

Awalnya kami selaku penulis mengalami beberapa masalah dalam menyelesaikan tulisan ini, tapi kami ucapkan syukur tiada terkira kepada Rabb semesta alam yang selalu memberikan kami kesempatan lain untuk menyelesaikan tulisan ini.

Menikah untuk bahagia? benar kah? adakah dari pembaca sekalian percaya dengan kata singkat ini?

awalnya kisah ini bermula dari sebuah ruang perkuliahan yang sudah hampir sesak dengan kebosanan, satu dua pasang bibir mulai monyong beberapa senti menandakan ini benar benar jam genting, genting kebosanan. melihat kondisi ini dosen kami tidak tinggal diam,beliau langsung mengobrak abrik kelas. ups... bukan dengan amarah, tapi dengan cara unik yang memancing tawa ricuh mahasiswa. bagaimana tidak, disaat masa genting seperti itu tiba tiba bapak dosen bertanya "Kenapa Belum Menikah?". sontak kelas langsung prak poranda, dihebohkan dengan kicauan mahasiswa seantero kelas, bagaimana tidak mahasiswa tahun awal yang di dominasi manusia belasan tahun itu di berikan pertanyaan tingkat dewa. OMG (kata mereka).
sebagai manusia yang umurnya masih di bilang cetek tentu saja mahasiswa mahasiswa ini belum memikirkan hal hal seperti ini, tapi kalau di tanya pacaran lain cerita, cieeee... mulai senyum senyum bingung.
berbagai jawaban mulai berhamburan dari mahasiswa, suasanan kelas kontras berubah, jawaban unik namun menggelitik, mungkin begitu tepatnya 
sebut saja mawar (bukan nama sebenarnya :D) ia dengan enteng menjawab "belum siap pak", jawaban lain di berikan mahasiswa di pojok kiri, "saya mau sukse dulu pak" (mungkin dalam fikirannya setelah menikah tidak boleh sukses hualah.. -_-) 
ada jawaban lain yang tidak kalah lucunya, "saya mau bahagiain orang tua dulu pak" saya berfikir betapa malangnya amak abak (red-ayah ibu) mahasiswa yang satu ini, dia hanya ingin membahagiakan orang tuanya selagi belum menikah. kalau udah menikah? (please deh broh.. membahagiakan orang tua itu ya kalo bisa selamanya), senada dengan jawaban ini jawaban lain yang tak kalah lucunya di berikan oleh seorang mahasiswa imut di sebelah saya " mau wisuda dulu pak". lantas spontan bapak dosen bertanya, "kenapa harus wisuda dulu? memangnya tahun ini pemerintah buat peraturan bagi yang mau ke KUA harus punya ijazah S1". sesaat terdiam, kemudian heboh lagi tawabersileweran dimana mana. 
beginilah aksi dosen kami, selalu punya cara untuk membuat kelas terasa berbeda, di sela sela tawa yang tak kunjung memudar beliau melanjutkan. kalian tau...?? sontak kami geleng geleng (gimana bisa tau kan belum di kasih tau,, jiaaaa hehehe) ini sebenarnya politik, katanya lagi, politik bangsa yahudi untuk menghancurkan umat muslim. serentak kelas melongo, mungkin penasaran atau kelaparan entahlah,, kemudian si bapak dosen melanjutkan pembicaraannya sekarang, umat muslim lebih diarahkan kepada kesenangan duniawi, sedang untuk jalan keridhaan Allah secara tidaklangsung kita (re-Muslim) ditanamkan sebuah pemikiran untuk menundanya. kesenangan seperti pacaran,, kenapa harus pacaran? jawabannya mudah, dengan adanya jalan pacaran ini, generasi muslim akan diarahkan ke alasan saling mengenal, lama kelamaan terjalin suatu ikatan yang katanya CINTA. ayehh... tapi pernahkah kita sadari, sebenarnya melalui paham seperti ini mereka (red-bangsa Yahudi) sedang menjembatan ikita menuju proses meraih puiing puing dosa, dengan pacaran maka akan ada anak yang lahir tanpa ayah, atau bahkan tanpa ibu, karna sudah di buang sejak lahir, yang lebih parah lagiada yang lahir tanpa nyawa.

wah... Ghozul Fikri nih.. saya bergumam dalam hati (sok paham :D).
terliat beberapa mahasiswa lugu resentak angguk angguk, mungkin paham dengan apa yang di bicarakan si bapak dosen, atau malah ngantuk luar biasa ckckck. 
benarkah menikah untuk bahagia? satu pertanyaan yang saya ajukan kepada diri sendiri, setuju. tidak sampai lima menit berfikir akhirnya saya memutuskan untuk mengeluarkan jawaban ini, meski sebelumnya sempat browsing dan baca buku kurang lebih 60 menit.

siapa yang gak setuju hayo?? jangan ngaku, :p

dengan menikah tentunya seorang muslim akan melewati satu fase kehidupan yang mana ia telah menyempurnakan agamanya, nah muslim yang beruntung boleh senyum ^_^
selain itu bagi mereka yang menikah tentu Allah lipat gandakan reskinya, seperti tulisan saya sebelumnya, bagaimana tidak? logikanya setelah menikah reski si istri akan di satukan dengan reski si suami jadi lah suatu kekuatan reski yang besar. 
dengan menikah seorang muslim akan serta merta terhindar dari perbuatan zina. selain itu bagi muslim yang udah menikah bisa mengurangi sifat lebay caper, atau yang paling parah selfie selfie gak jelas, ngapain caper lagi, toh udah ada yang selalu perhatian kan,, jiaaaa... senyum senyum mau nikah ya heheee
menikah itu penuh cinta, gak percaya? percaya deh percaya yaa.. please hehehe seperti yang di jelaskan dalam sebuah sya'ir "Mata yang terbungkus cinta tak pernah memandang hina kekasihnyaSeperti halnya mata yang diselimuti benci selalu melihat yang ia tidak sukai" Subhanallah..
selain itu menikah menjadikan seorang muslim belajar, belajar memahami, bertanggung jawab, ikhlas dan sabar. contohnya ketika seorang ikhwan yang memiliki fisik yang biasa2 saja menemukan seorang pendamping akhwat yang cantik, makan si ikhwan akan selalu bersyukur, dan si Akhwat akan selalu bersabar atas kekurangan suaminya, semuanya tidak lebih adalah nikmat Allah semata.

sudah bosan membacanya?

^_^ semoga bermanfaat, saya tutup tulisan ini dengan satu kalimat motivasi yang pernah di ucapkan oleh dosen kami "Jangan tunda hal hal baik, segerakanlah sebelum tiba hal hal buruk, tapi tundalah hal hal buruk siapa tau hal baik mampir diselanya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar